Wednesday, February 10, 2010

Kodok dan Manusia

Sudah sejak lama kodok dikenal manusia sebagai salah satu makanan lezat. Di rumah-rumah makan Tionghoa, masakan kodok terkenal dengan nama swie kee. Disebut 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok.

Kodok berperan sangat penting sebagai indikator pencemaran lingkungan. Tingkat pencemaran lingkungan pada suatu daerah dapat dilihat dari jumlah populasi kodok yang dapat ditemukan di daerah tersebut. Latar belakang penggunaan kodok sebagai indikator lingkungan karena kodok merupakan salah satu mahluk purba yang telah ada sejah ribuan tahun lalu. Jadi kodok tetap exist dengan perubahan iklim bumi. Tentunya hanya pengaruh manusialah yang mungkin menyebabkan terancamnya populasi kodok. Salah satunya adalah pembuangan limbah berbahaya oleh manusia ke alam. Limbah berbahaya inilah yang bisa mengancam keberadaan kodok pada daerah yang tercemar. Selain itu, karena pentingnya kedudukan kodok dalam rantai makanan, maka pengurangan jumlah kodok akan menyebabkan terganggunya dinamika pertumbuhan predator kodok. Bahkan terganggunya populasi kodok dapat berakibat langsung dengan punahnya predator kodok.

Akan tetapi yang lebih mengancam kehidupan kodok sebenarnya adalah kegiatan manusia yang banyak merusak habitat alami kodok, seperti hutan-hutan, sungai dan rawa-rawa. Apalagi kini penggunaan pestisida yang meluas di sawah-sawah juga merusak telur-telur dan berudu kodok, serta mengakibatkan cacat pada generasi kodok yang berikutnya.

1 comment: